Jendela
Hati

Wanita
Bicara

Keluarga

Remaja

Education
Corner

Manca
negara

Kiriman
Sahabat

Embun
Pagi

Kapan Anak-anak Mulai Melihat Film Porno?

      Suasana kelas mendadak menjadi tegang sekonyong-konyong ketika seorang guru agama masuk dan langsung mengajukan pertanyaan yang membuat anak-anak menjadi bingung menjawabnya. “Siapa yang sudah pernah menonton film porno? Kalian jawab dengan jujur, bapak tidak marah, cara menjawabnya semua tundukkan kepala, pejamkan mata tak boleh membuka sedikitpun, kemudian acungkan tangan kanan, yang tahu rahasia ini hanya Allah, bapak dan kamu sendiri, dan kita akan menjaga rahasia ini baik-baik.”
Sekitar 36 dari 41 anak SMU usia 16 tahun mengangkat tangannya dan mengakui bahwa mereka pernah menonton film porno. Rata-rata mereka mengatakan bahwa mereka menonton film porno bersama dengan kawan-kawannya dan dimulai dari sejak kelas 4 sampai 5 SD, hanya beberapa anak saja yang baru menonton belakangan ini, namun mayoritas anak-anak menonton film porno sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar.” Demikian penjelasan Ustad Iqbal di sebuah pesantren kepada bu Ine, Psikolog yang bergerak dalam bidang pemecahan terapi efek memar pada otak anak akibat melihat film porno.

        Sungguh kita miris dan ingin menangis rasanya, melihat mereka yang tanpa adanya dorongan nafsu, hanya sekedar ingin tahu saja  bahkan mereka pun sudah tahu bahwa menonton film porno itu berdosa atau tidak baik, karena dapat dilihat bahwa mereka menonton secara diam-diam dan ada rasa ketakutan setelah menonton film itu.

     Dalam sebuah questioner yang disebarkan oleh 3 orang mahasiswa psikologi di sebuah SMP dan SMU terekenal di jakarta, bahwa terdapat 25 anak dari 130 anak yang menulis pernah menonton film porno, rata-rata mereka mengatakan menonton di kamar bersama kawan, dari internet atau dari handphone dan hampir semuanya mengatakan tidak mau lagi menonton film porno dan merasa jijik. Setelah menonton ada yang mengatakan bahwa menonton itu haram haram, ada juga yang malas menonton lagi serta ada juga yang mengatakan tidak tahu mau dapat film porno berikutnya dari mana. Alasan mereka menonton sederhana saja, karena ingin tahu, diajak teman serta rasa penasaran.

      Kisah lain menyangkut seorang ibu yang ditemui Bu Ine ketika memeriksa kehamilan. Sang ibu memiliki anak yang sudah berusia 15 tahun dan mengatakan bahwa anaknya sangat keranjingan menonton film porno, dan sekarang sedang mengikuti sebuah terapi di pesantren. Anak tersebut mulai menonton film porno sejak usia 13 tahun, setiap hari dia menonton satu film, dan film tersebut rutin didapatnya dari seorang tukang ojek. Awalnya tukang ojek langganannya hanya menawarkan film kungfu biasa saja. Ketika ditonton memang film kungfu, namun ketika film baru berjalan seperempat, tiba-tiba langsung berubah menjadi film adegan percintaan dengan pemainnya orang cina, anak sang ibu tadinya tidak berfikir apa-apa, namun semakin lama adegan betul-betul berubah, film kungfunya tidak ada sama sekali yang ada hanya adegan porno yang akhirnya membuat anaknya ketagihan. Awalnya suplai film porno gratis, namun lama-lama menjadi sebuah jual beli yang menguntungkan bagi si tukang ojek laknatulloh alaihim. Setiap hari anak si ibu ini mendapatkan suplai film porno dari berbagai macam jenis bangsa yang semuanya diperoleh hanya dengan membayar Rp. 15.000.

      Semula sang ibu senang sekali melihat anaknya setelah pulang sekolah diam saja dirumah, tidak keluar kemana-mana bahkan jarang sekali minta uang untuk pergi ke mal, pusat pertokoan. Selain itu sang ibu juga senang melihat anaknya menjadi remaja yang pendiam, tidak merokok, tidak kongkow-kongkow dengan kawan seusianya dan sang ibu bersyukur bahwa kalo pulang sekolah anak sulungnya langung pulang ke rumah, masuk ke kamar dan keluar bilamana perlu saja, makan secepatnya dan tidak pernah rewel dengan makanan apa saja yang disiapkan, namun betapa terperanjatnya sang ibu ketika suatu hari anaknya sakit panas, dan diduga mengidap penyakit DBD, sang anak dibawa ke rumah sakit dan dirawat inap selama 2 minggu. Ketika ibunya membereskan kamar anaknya dan membuang semua barang-barang yang dianggap bisa menjadi sarang dan sumber nyamuk, maka sang ibu menemukan tumpukan vcd porno, majalah-majalah orang dewasa dan semuanya itu bila dikumpulkan mencapai 2 kardus ukuran sedang.

      Setelah pulang dari rumah sakit sang anak diinterogasi, lalu pecahlah tangis si ibu, ketika mendengar penjelasan si anak yaitu sang anak akan merasa stress dan marah jika tidak menonton film porno dalam sehari saja. Masya Allah. Bu Ine teringat dengan kegemaran anak-anak sekarang dalam menonton televisi juga vcd kartun, janganlah sampai kegemaran dalam menonton film akan membuatnya menjadi mudah ketika ditawari pinjaman vcd dari siapapun, khawatir awalnya hanya film kungfu namun kemudian terdapat film yang sangat merusak  jiwa dan pikiran  remaja.

     Ada apa dengan pornography? mengapa semakin lama semakin merambah pada anak-anak dan remaja? Tidakkah kejam bila anak-anak yang masih polos dan belum memiliki pikiran yang macam-macam harus melihat adegan yang sangat fulgar, yang orang dewasa pun bila melihat merasa tidak pantas.

      Teringat bu Ine dahulu waktu masih remaja, beliau main kerumah kawannya dan disana ada 5 anak wanita berkumpul dan salah seorang ibu dari yang punya rumah mempersilakan anak gadisnya nonton film vampire yang ternyata ada adegan pornonya. Terlihat bahwa sang ibu memang membebaskan anaknya untuk melihat film seperti itu, mungkin hal ini dilakukan dalam rangka mendewasakan anak. Namun dalam relitanya sangat jelas terlihat penerimaan anak lelaki dengan wanita berbeda dalam hal menonton film porno. Anak lelaki lebih mudah terangsang dan ingin segera melakukan (mencoba), sementara anak perempuan lebih kepada rasa malu dan sungkan serta risih. Dan keinginan bagi anak perempuan untuk menonton kembali film porno dalam bentuk apapun tidak begitu terasa.

      Ingin tahu dan ingin lihat serta penasaran, tadinya tidak begitu ingin namun dorongan dari kawan-kawan yang sebenarnya sama-sama punya rasa takut yang begitu besar. Namun dikarenakan khawatir dianggap tidak setia kawan atau dianggap bukan bagian dari mereka, maka seringkali anak-anak yang pemalu sekalipun ikut juga menonton. Bila rasa penasaran begitu membuncah, anak yang alim pun yang biasanya merasa malu untuk ikut menonton berami-ramai, diam diam akan mencari situs pornography melalui internet yang mudah diakses dimana saja.

      Bila pada tahun 70-an atau semaksimalnya tahun 90-an, anak-anak yang menonton film porno baru bisa dihitung pakai jari, namun zaman sekarang ketika era globalisasi begitu dekat, semua rumah rasanya tabu bila tidak ada layanaan internet. Kecanggihan teknologi bisa didapatkan dengan mudah dan murah, akibatnya hampir semua anak-anak bahkan usia sekolah dasar pun mencoba coba untuk melihat film porno.

     Tayangan  pornography bisa dilihat dimana saja seperti di games anak-anak yang dipasang secara berseri, karena itu sangat disarankan orang tua untuk ikut memperhatikan games-games yang dimainkan anak-anaknya, ikut bersama dan mencegah bila mana ada games yang diketahui merusak pikirn anak anak.

      Selain itu, tayangan iklan di televisi juga merupakan permulaan pornography yang membuat miris hati ibu manapun. Seorang anak kecil yang sedang asyik menonton film Upin-Ipin dengan seriusnya, tiba-tiba terpotong oleh siaran iklan yang dimainkan oleh artis wanita dengan pakaian yang sangat mengumbar paha dan dada. Anak anak kita dipaksa melihat hal-hal yang haram sejak msih dini. Seringkali hal itu dijumpai di mal, pasar, taman bermain bahkan dia area sekolah, dimana seringkali wanita dewasa menggunakan pakaian yang hanya menutupi seperlunya saja, dan anak-anak kita sudah dan akhirnya terbiasa menyaksikan semua bentuk tubuh wanita yang seharusnya ditutupi.

      Apa yang mesti kita lakukan sebagai orang tua, karena biasanya anak-anak melihat film porno  secara sembunyi-sembunyi?

Pertama, cek ponsel mereka, bila mereka dibekali ponsel, saya lebih menyarankan agar anak-anak diberi ponsel ketika mereka sudah berusia 17 tahun. Toh jaman dulu tidak ada ponsel juga kita masih bisa berhubungan dengan orang tua kita melalui telepon rumah. Atau bila ada gawat darurat, anak-anak bisa menggunakan atau meminjam telepon dari sekolah atau meminjam ponsel gurunya.

Kedua, sebaiknya anak jangan mudah dibelikan blackberry atau ponsel dengan kecanggihan tertentu, karena dengan kecanggihan teknologi saat ini, semua situs porno mudah dikunjungi dari mana saja.

Ketiga, terangkan mengenai siklus pertumbuhan embrio manusia yang akan menjadi janin bila sel sperma bertemu dengan sel telur, dan itu semua terjadi dari hasil perilaku hubungan seks. Bila dilakukan sebelum menikah maka haram dan mau tidak masih remaja yang senang nonton, main dan jalan-jalan namun sudah punya bayi? Punya bayi repot lho dan masa depanmu akan berantakan  serta dihina banyak orang.

Keempat, dosa dari berzina tidak ada maaf kecuali dirajam dan di lempari batu sampai mati, sanggupkah kamu menjalaninya, seperti sabda Rasulullah SAW:
Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis hukumannya seratus cambukan dan diasingkan setahun. Duda berzina dengan janda hukumannya seratus cambukan dan dirajam." (HR. Muslim).


Dosa menonton perbuatan yang dibenci Allah, perbuatan yang seperti binatang hanya binatang yang mau melakukan hubungan biologis dimana-mana dan dilihat banyak orang.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". [QS: An Nuur: 30]


Kelima, tempatkan televisi atau komputer di ruang tengah dimana orang tua bisa melihat apa yang anaknya lakukan, tidak usah terlalu mengawasi, sekedar tahu saja cukup.

 Keenam, sering berkomunikasi dan bercerita mengenai apa saja sehingga bila anak melihat ada sesuatu yang aneh dari film yg dia tonton akan ada keterbukaan dengan orang tua dan juga guru. Bila mendapatkan hal ini, jangan segera marah, pahami dan nasehati mereka. Tanamkan pikiran dari sejak anak usia 9 tahun, sebelum mereka melihat film porno, bila ada yang mengajak melihat film porno maka tolak dan katakan bahwa itu berdosa dan haram. Biasanya anak kecil bila didoktrin terus-menerus oleh pihak sekolah baik guru apalagi dibantu orang tua insya Allah akan tertanam padanya doktrin bahwa melihat film orang buka baju adalah haram, haram dan haram. Terkadanga atau bahkan seringkali anak-anak tak ingin menonton film porno, namun serangan begitu dahsyat sehingga mereka tidak punya senjata, sehingga menjadi korban dari prilaku bejat manusia pornography.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap info nya terima kasih telah di share, oh iya bagi para pecinta film bokep silahkan mampir ya...

Download Porn Video
Download Bokep gak pakai ribet
Download bokep gratis
Download bokep terbaru
Bokep Jepang
Bokep barat
Bokep Asian
Bokep selingkuh
Bokep Gangbang
Bokep Pemerkosaan
Bokep Threesome
Bokep Menantu vs Mertua

Posting Komentar