Jendela
Hati

Wanita
Bicara

Keluarga

Remaja

Education
Corner

Manca
negara

Kiriman
Sahabat

Embun
Pagi

Kuncinya Ada di Hati Sang Istri

“Kenapa si mas gak bisa makan tidak berdahak, kan geli dan malu sama ibu,” Sari setengah membentak melotot pada sang suami yang sibuk menutup mulutnya.       Yanto sang suami dengan wajah tersipu malu namun berusaha menutupi rasa malunya, mengatakan acuh tak acuh, ”akhh ini kan natural Sari, jangan terlalu dipikirkan, lagipula ibu kan tidak mendengar..”
Di lain waktu, Yanto menaruh udang petai di dalam mobil, serta lauk yang dimakannya setengah tanpa ditutup rapat, diletakkan dibawah jok mobil. Alhasil ketika keesokan harinya mobil yang beraroma udang petai itu dipakai oleh Sari untuk menjemput ayahnya yang apik dan bersih, maka Sari dengan wajah bersungut-sungut dan marah setengah mati, mengomeli suaminya panjang lebar lewat telepon, tak peduli Yanto suaminya berkali kali minta maaf dan mengatakan akan menelepon kembali karena pada saat itu Yanto tengah rapat mingguan dengan divisi marketing tempatnya bekerja.

Lain waktu, kekesalan Sari membuncah karena bau badan suaminya yang menganggap remeh kebersihan, membuat Sari mengutuk dan tega mengatakan kalimat-kalimat yang kasar pada suaminya. “Aduuh, mas yang bener aja, deh, kenapa sih gak pakai deodoran, kasihan kan anak-anak kalau digendong kamu, kayak digendong tukang sapi, bau gembel, parah banget sih mass,” celetuk Sari. Dan lagi-lagi Sari merutuk untuk kesekian kalinya yang ditanggapi Yanto dengan acuh tak acuh, namun sebetulnya dalam hati Yanto merasa cukup sakit hati.

Sari datang dari keluarga yang apik dan rapi. Ayah ibunya tertib dan mengajarkan kedisiplinan dari sejak anak-anaknya masih kecil. Keluarga Sari dibentuk untuk saling menyayangi dan membantu serta dididik dengan tertib, rapi dan bersih. Kalau tak ada pembantu, semua dilakukan sendiri oleh ayah ibunya. Maklumlah ayahnya yang berlatarbelakang dari kalangan tentara, memang menerapkan kedisiplinan yang membuat Sari harus meneruskan apa yang dialamainya dirumah kepada anak-anaknya, sementara Yanto berbeda, dia datang dari keluarga yang sangat demokratis, cuek dan apa adanya, semua dilakukan tanpa aturan, bisa terawa terbahak, makan bakso ramai-ramai, dan bisa langsung tidur tanpa gosok gigi walaupun dengan sisa cabai menempel di gigi. Mereka sekeluarga walaupun miskin namun sangat bahagia, karena tidak ada tekanan aturan yang mengikat serta kedisiplinan yang mencekam.

Keinginan dan harapan Sari terus-menerus diungkapkan dan menjadi bahan perdebatan sepanjang hari. Sari yang disiplin dan Yanto yang cuek, akhirnya membuat perang dingin berlangsung lama. Mereka hanya berkumpul bersama bila bertemu dengan keluarga besar dan sisanya lebih banyak diam, tidak bicara sepatah katapun.

Sampai kapan..? Akhirnya ketika booming Blackberry muncul, reuni demi reuni diadakan ketika grup demi grup terbentuk, maka pertemuan dengan kawan lama, berhaha-hihi membuka sekali peluang bagi Yanto untuk mencari wanita lain yang lebih memahami dirinya, lebih cuek, tidak mengatur ini itu serta lebih bebas yang merupakan hal yang menyenangkan didapatnya di luarr rumah, daripada dengan istrinya yang selalu cemberut bila berjumpa, malas senyum dan selalu menyiarkan kalimat-kalimat yang pedas atas semua kekurangan Yanto.

Dan nasi goreng kemudian akhirnya menjadi bubur, bisa diselamatkan oleh koki yang tangguh agar bubur menjadi enak dimakan bagi siapa saja. Yaa, akhirnya Yanto terjalin hubungan kasih sayang yang saling memerlukan antara dirinya dengan kawan lamanya di SMP dulu.

Bila keimanan Yanto tidak ditingkatkan, dan Sari tidak mau mengubah caranya untuk tidak berharapan dan menuntut suami terlalu tinggi sesuai harapannya, maka jangan salahkan siapapun bila perceraian kembali melanda satu lagi pasangan muda ini. Semua kembali pada sang istri, selamatkan rumah tangga dengan mengubah sikap dan akhlak dan kembali pada Allah, banyak berdoa dan berdoa agar Allah kembalikan suaminya yang dulu dan mau mengubah dirinya sesuai dengan apa yang diinginkan Sari.

…isteri-isteri kamu;  adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka …. (QS: Al baqarah: 187)

0 komentar:

Posting Komentar