Jendela
Hati

Wanita
Bicara

Keluarga

Remaja

Education
Corner

Manca
negara

Kiriman
Sahabat

Embun
Pagi

PR

“Saya mau disini saja bu guru, tidak mau pulang karena saya takut kalau pulang dimarahin ibu sebab banyak PR“, ungkapan seorang anak kepada gurunya.  Memelas rasanya hati sang ibu guru mendengar bahwa muridnya begitu trauma dengan PR. Trauma itu terjadi lantaran  ketika si anak  tidak bisa mengerjakan PR  orang tua cepat sekali marah. Hal ini terjadi karena rasa lelah yang dirasakan orang tua akibat sibuk bekerja sehingga membuat amarah cepat meledak ketika menemani anaknya membuat PR.
            Ungkapan yang rutin terdengar dari para orang tua ketika menemani anaknya membuat PR yaitu,  
” masak begini saja tidak bisa, sich?”
“ coba sayang, perhatikan baik-baik, ini kan sangat mudah sebetulnya..”
“ ayo dong konsentrasi, pikirannya jangan kemana-mana”
“ cepat dong nak, lamban betul sih kamu, ibu capek niih”
“ kamu di kelas dengerin gak sih kalau gurunya nerangin, masak gini aja gak bisa sih!!
“ kamu yang bodoh atau guru kamu yang gak bisa ngajar”
yang parah bila ungkapan emosi semakin keluar dan berbunyi kasar,  seperti  “otak kamu di dengkul, bodoh banget sih, nurinin siapa sih kamu..?”

Sebenarnya ungkapan emosi orang tualah yang membuat hati anak menjadi semakin kecut akibat dimarahi oleh ayah dan ibu dikarenakan efek dari rasa lelah karena pulang kantor atau di kantor sedang ada masalah.  Selain itu bisa juga dikarenakan sedang ada masalah diantara kedua orang tuanya yang mengakibatkan cepat tersulut amarah yang berimbas kepada anaknya yang sedang kesulitan atau tidak bisa sama sekali mengerjakan soal-soal PR.

            PR atau pekerjaan rumah seringkali merupqkan sumber konflik bagi anak dan orang tua. Apabila tidak sabar, tak jarang orang tua hadirkan pukulan, sedikit cubitan dan mata melotot ditingkahi terhadap tubuh kecil yang gemetar. Airmata yang merebak, dan waktu yang berjalan akan semakin terasa lambat sehingga nafas lega terhembus kencang ketika akhirnya soal terakhir dapat diselesaikan dangan susah payah oleh si anak yang sudah sangat mengantuk dan takut.

            Orang tua perlu mengetahui bahwa semakin marah dan semakin tegang suasana tercipta ketika sesi menolong anak membuat PR, maka sebetulnya jiwa anak yang ketakutan akan membuat otaknya semakin tidak bisa bekerja dengan baik, konsentrasi pecah dan semakin susah menangkap pelajaran. So, mau anak bisa bikin PR dengan mudah dan banyak waktu yang harmonis diantara hubungan kita dengan anak..? maka, orang tua harus sabar, jangan terlalu memaksa serta pastikan pada sang guru untuk memberi PR jangan terlalu banyak.  Sebaiknya PR diberikan setiap weekend saja dan setiap hari, guru memastikan bahwa setiap anak didiknya sudah memahami setiap soal dan mampu mengerjakan soal dengan baik. Ajarkan kemandirian pada anak untuk menyelesaikan soal yang menjadi PR-nya sendiri tanpa bantuan orang tua. Bila ada bantuan pun hanya untuk hal yang sangat sulit saja, setelah itu pastikan bahwa ayah atau ibu yang membimbing anak membuat PR dalam keadaan tenang dan tidak ada beban.

            Sebaiknya menemani membuat PR bergantian dan usahakan jangan ada intervensi terlalu banyak, biarkan anak membuat dahulu  serta jangan paksa dia meyelesaikan dengan nilai yang sangat baik, biasa saja, karena PR itu sendiri kan sifatnya hanya latihan, yang terpenting pastikan bahwa anak sudah paham pelajaran yang disajikan. Kalau anak tidak paham juga, maka bicara baik-baik untuk besok mendengarkan guru ketika pelajaran diajarkan dan tulis pesan pada sang guru dalam buku penghubung “bu guru, tolong anak saya yaa, soal nomor 8 mengenai perkalian bersusun nampaknya Anisa tak begitu paham, kalau ada waktu mohon dijelaskan sekali lagi, jazakillah khoir, maaf yaa bu dan terima kasih, wassalam, bunda Nisa.” Santai saja, semua masalah pasti ada solusi, janganlah kita isi hari anak-anak dengan konflik karena sesuatu yang bernama PR (Pekerjaan Rumah)!!”

0 komentar:

Posting Komentar