Jendela
Hati

Wanita
Bicara

Keluarga

Remaja

Education
Corner

Manca
negara

Kiriman
Sahabat

Embun
Pagi

Dimulai Dari Mandi Pagi

Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)

    Kami berdua tertegun dan melihat saja dengan wajah keheranan ketika bang Imron pagi-pagi selesai sholat subuh langsung memandikan ketiga anak-anak balitanya termasuk anak yang paling bayi. Sang istri dengan ketiga anaknya mengikuti semua ritual pagi yang dilakukan bang Imron dengan wajah gembira tenpa beban. Terbayang dibenakku, apa kata mertuaku dan kakak-kakakku bila aku memandikan Husna pagi-pagi sementara bayi cantikku yang tahun ini genap berusia satu tahun yang merupakan kesayangan satu keluarga, karena pandangan matanya selalu menyorot dengan penuh harap sehingga menyenangkan bagi siapapun yang melihat dan membuat ibu mertuaku dan kakak-kakak iparku lainnya yang rebutan untuk menggendong atau sekedar menimang-nimang Husna bayi cantikku. Hal ini yang menyebabkan mandi dipagi hari selalu bergeser tidak tentu, terkadang pukul 6, terkadang pukul 8 bahkan pernah juga Husna baru dimandikan ketika sudah pukul 11 siang. Alasannya yaa apalagi kalau bukan dijadikan bahan gendongan sana-sini. Dengan gelak tawa yang ramai dan suasana gembira yang aku pun tidak tega untuk menghentikan mereka menggendong Husna sementara semakin hari Husna semakin lucu saja sehingga acara mandi pagi yang dijadwalkan rutin menjadi berubah-ubah waktunya.

Mulanya bagiku hal itu biasa saja, seringkali planning kami untuk membawa Husna bayi kecil kami imunisasipun tertunda, entah karena bukunya yang hilang atau ada pengajian yang waktunya bentrok dengan jadwal imunisasi atau juga karena ketika jadwal imunisasi tiba namun Husna terlihat sedang kurang sehat sehingga. Hal itu tidak hanya terjadi pada Husna, adik-adiknya pun yang kemudian lahir menjadi hidup dalam keadaan tidak teratur.

    Ritual pagi bang Imron yang ku lihat kemudian sempat menjadi pembicaraan seru antara diriku dan suamiku yaitu kebiasaan mandi dipagi hari dan diikuti dengan anak-anaknya yang sudah main sepeda keliling rumah. Dan ketika kami silaturahmi dipagi hari itu, baru satu jam kami berkunjung, dapat kusimpulkan kalau sudah ada beberapa aktivitas yang dilakukan anak-anak bang Imran, yaitu mandi pagi-pagi sekali, lalu bersepeda keliling komplek. Yaa diam-diam mereka telah melakukan rutinitas riyadhoh atau olahraga yang ku yakini bila dibiasakan akan menjadikan mereka rajin berolahraga dikala dewasa. Dan yang ketiga adalah makan pagi bersama yang semua anak duduk dengan tenang, sebelum akhirnya mereka berangkat sekolah. Di hari itu aku melihat bagaimana semua anak melakukan rituil tersebut dengan tenang dan terbiasa tanpa harus disuruh-suruh ataupun suara-suara teriakan yang biasa mendominasi pagi harinya anak anak dengan teriakan teriakan seperti “habiskan susumu atau jangan lupa bukumu dimasukan kedalam tas,” tidak ku lihat dirumah bang imran. Sehingga di pagi itu walau hanya ditemani oleh mba Inah, dengan sesekali ku lihat istri bang Imron mengontrol kegiatan anak-anaknya, menjadikan kegiatan pagi dirumah bang imron mendatangkan kesan yang sangat mendalam bagiku.

    Ternyata kedisiplinan dan kebiasaan yang dilakukan dari sejak masih kecil bila dilakukan dengan baik dan komitmen serta bersama-sama antara suami dan istri akan menjadikan pembiasaan dan kedisiplinan yang baik bagi anak-anak dan dapat menjadikan mereka terbiasa. Ingat kata pepatah “bisa karena biasa”, hal itu terlihat kemudian beberapa tahun setelah kejadian itu berlalu, aku melihat bahwa anak-anak bang imran merupakan anak-anak yang patut dicontoh. Kedisiplinan dan keistiqomahannya dikampung kami, dibandingkan dengan anak-anak remaja lainnya yang selalu membantah, susah bangun pagi atau yang menghabiskan waktunya untuk berfacebook ria berjam-jam.
            Sejenak aku teringat dengan kebiasaan orang Indonesia yang makan nasi di pagi hari atau nasi uduk serta nasi goreng, maka begitulah kebiasaan yang terbangun dari kecil akan menjadikan seseorang bila tidak melakukan hal tersebut ada yang tidak enak, sama seperti orang Indonesia yang bila tidak makan nasi tidak enak.

0 komentar:

Posting Komentar