Jendela
Hati

Wanita
Bicara

Keluarga

Remaja

Education
Corner

Manca
negara

Kiriman
Sahabat

Embun
Pagi

Ibu Kartini

Syair ibu kita Kartini begitu lekat di telinga kita, juga wajah ibu Kartini juga masih teringat di benak kita. Bahkan berbagai peristiwa yang dialami ibu Kartini pun pernah sempat kita hafalkan sewaktu masih duduk di bangku sekolah. Walaupun kita terkantuk-kantuk namun penjelasan ibu guru di sekolah mengenai ibu kita Kartini begitu jelas, bahwa beliau adalah sosok wanita yang memperjuangkan hak para wanita agar sejajar dengan lelaki dan beliau adalah tokoh emansipasi wanita.

Emansipasi wanita membuat wanita merasa harus meninggikan hak-haknya dan diakui sebagai wanita sosok yang mulia. Hal ini ditunjang pula dengan lagu dari Titi Puspa yang cukup membuat hati miris, “wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu..”. Lagu yang tidak mungkin dinyanyikan dalam pertemuan atau konferensi wanita pengusaha seluruh Indonesia ataupun dalam acara Ummi award.

Permintaan persamaan hak yang sebetulnya sudah diatur dalam Al qur’an dan bahkan terkadang membuat wajah tersipu malu, seakan memang betul-betul sebagai wanita telah terjajah. Padahal bila kita kaji lebih dalam lagi, apa yang diminta dalam program emansipasi wanita sudah lengkap dan detail terperinci di dalam Al qur’an dengan sebab musababnya yang diterangkan dalam sunnah.
            
Coba kita lihat surah berikut, yang artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. (QS: An Nahl: 97)

Bahwa bagi lelaki dan perempuan yang berbuat baik akan mendapatkan kemenangan. Maka sebetulnya yang harus kita lakukan untuk mendapatkan emansipasi atau persamaan hak itu adalah tinggal hanya mengikuti Al qur’an dengan utuh. Bahkan untuk menjadikan wanita memasuki surga tanpa hisab syaratnya sangat ringan, bahkan lebih ringan dari lelaki. Bila lelaki harus ke Palestina dulu, latihan berperang dan kemudian kesakitan berdarah-darah, meninggalkan keluarga, berlelah-lelahan yang sangat untuk bisa berjihad di jalan Allah dan mencapai syahid barulah bisa masuk surga tanpa di hisab. Sedangkan wanita cukup menjadi istri yang solihah dan taat saja, menyenangkan jika dipandang dan manjaga harta suami, maka dengan itu sudah mendapatkan surganya.
            Persamaan hak itu sebetulnya tidak perlu diributkan, dan bila sudah diatur oleh Allah yang menciptakan lelaki dan wanita, maka tidaklah perlu bagi kita para wanita merendahkan diri sendiri dengan menagih hak dan emansipasi wanita. Cukuplah dengan kembali pada Al qur’an maka kita akan merasakan diri sebagai wanita itu adalah sangat mulia, bahkan telah dimuliakan oleh Allah dengan dikhususkannya surah An Nisaa, dimana surah Ar Rijaal tidak ada, maka sungguh kemuliaan wanita tidak perlu diragukan lagi dan tidak perlu lagi menagih emansipasi. Cukup dengan kembali pada Al qur’an, maka gerakan ibu kita Kartini agar tidak memalukan para wanita, ada baiknya bila kita canangkan sebagai gerakan bagi para wanita muslimah untuk kembali menekuni hak-hak dan kewajiban para wanita yang dituliskan dalam Al Qur’an. Dan tahun depan kita evaluasi lagi, apakah setahun dari tanggal 21 april ke tanggal 21 april berikutnya, kita sudah melaksanakan hak dan kewajiban sebagi wanita muslimah yang sesuai dengan ayat-ayat Al Qur’an tentang wanita, dan selalu melakukan perbaikan sampai setahun berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar